Tahun pun turun membuka sayapnya
ke luas-jauh benua-benua
Laut membias: warna biru langit tua
Zaman menderas: manusia tetap setia
Kita di sini ngungun berdiri, membangun abad ini:
“Adakah sorga akan kemari?”
Lampu-lampu padam dan malam buta
Tapi manusia setia
1963
Saturday, March 27, 2010
Lagu Hujan
Di luar hujan memahat kaca jendela
Di luar hujan membubuhkan warna senja
Di luar hujan membisikkan talking purba
bagi seorang Pemimpin, di hari kemarin
Disalibkan dunia
1963
Di luar hujan membubuhkan warna senja
Di luar hujan membisikkan talking purba
bagi seorang Pemimpin, di hari kemarin
Disalibkan dunia
1963
Gerbong-Gerbong Senja
Rimba yang menghilang
dalam hembus senja yang panjang
dan kilometer-kilometer yang lenyap
(landasan perjalana tak kunjung genap)
memanggil-manggil malam yang sunyi
Dan demikianlah gerbong-gerbong senja
tiba dalam kota
berangkat dari kota
di batas Yogya, di Ibukota
dan di mana-mana
Sebab kasih adalah
rumah kami: sorga yang salih
yang tak ada berantau tersisih
yang tak ada berbumi yang sedih
1963
dalam hembus senja yang panjang
dan kilometer-kilometer yang lenyap
(landasan perjalana tak kunjung genap)
memanggil-manggil malam yang sunyi
Dan demikianlah gerbong-gerbong senja
tiba dalam kota
berangkat dari kota
di batas Yogya, di Ibukota
dan di mana-mana
Sebab kasih adalah
rumah kami: sorga yang salih
yang tak ada berantau tersisih
yang tak ada berbumi yang sedih
1963
Jangan Lagi Engkau Berdiri
Jangan lagi engkau berdiri
di jendela-jendela sunyi dan kelam kali
Jangan lagi engkau tak mengerto
sajak apakah yang tinggal sendiri
Sajak yang ada mendengar bumi, bumi yang letih
Sajak yang ada mendengar hidup, hidup yang menagih
Sajak yang ada melihat abad, abad yang bersih
Bagaikan bulan yang timbul: memutih putih
1963
di jendela-jendela sunyi dan kelam kali
Jangan lagi engkau tak mengerto
sajak apakah yang tinggal sendiri
Sajak yang ada mendengar bumi, bumi yang letih
Sajak yang ada mendengar hidup, hidup yang menagih
Sajak yang ada melihat abad, abad yang bersih
Bagaikan bulan yang timbul: memutih putih
1963
Thursday, March 25, 2010
MEZBAH
Mezbah ini sebuah kota
yang tak menyebutkan namanya
seperti kamar mayat
sementara
Tak ada tempat yang lapang
hanya seseorang bilang,
"kita berkabung, maka kita ada."
Malam pun menemui kurban
di hamparan. cahaya warna kusta
dan plaza jadi dingin, ketika ajal
memandang
ke paras pertama.ada angin dan api lampu.
Wajah itupun hanya putih, seakan puru,
dan mungkin maut
tak akan tahu mengapa ruang
dan dinding bergeming, mengapa
lorong ini tak melepas dosa
mengapa yang padam
tak ditinggalkan
2003
yang tak menyebutkan namanya
seperti kamar mayat
sementara
Tak ada tempat yang lapang
hanya seseorang bilang,
"kita berkabung, maka kita ada."
Malam pun menemui kurban
di hamparan. cahaya warna kusta
dan plaza jadi dingin, ketika ajal
memandang
ke paras pertama.ada angin dan api lampu.
Wajah itupun hanya putih, seakan puru,
dan mungkin maut
tak akan tahu mengapa ruang
dan dinding bergeming, mengapa
lorong ini tak melepas dosa
mengapa yang padam
tak ditinggalkan
2003
Wednesday, March 24, 2010
CIKINI
Syahdan, di kedai kembang itu dibelinya ros putih,
dan dituliskannya di secarik kartun: 'Aku
mencintaimu, kekal, seperti kucintai Audrey Hepburn'
Tapi (di sini ia berhenti sebentar, batuk,
menutupkan krah jaket, dan berkata pada diri
sendiri), kapan tahun tak akan memburuk?
Hidup mungkin sebuah bioskop, tapi tidak di jalan
ini. Cikini tetap terjepit juga di dekat pagi,
ketika gelap tak lagi penuh dari langit,
dan dari stasiun kuning, terang lampu tampak
tirus seperti lewat cadar, dan ambulans menggeletar,
mengirimkan isyarat.
Meski tak menyongsong apa-apa... Ia juga tak akan
berangkat. Ia dan Maut ingin berdua, di utara.
2004
dan dituliskannya di secarik kartun: 'Aku
mencintaimu, kekal, seperti kucintai Audrey Hepburn'
Tapi (di sini ia berhenti sebentar, batuk,
menutupkan krah jaket, dan berkata pada diri
sendiri), kapan tahun tak akan memburuk?
Hidup mungkin sebuah bioskop, tapi tidak di jalan
ini. Cikini tetap terjepit juga di dekat pagi,
ketika gelap tak lagi penuh dari langit,
dan dari stasiun kuning, terang lampu tampak
tirus seperti lewat cadar, dan ambulans menggeletar,
mengirimkan isyarat.
Meski tak menyongsong apa-apa... Ia juga tak akan
berangkat. Ia dan Maut ingin berdua, di utara.
2004
ADEGAN
Kuingat bedeng beratap hitam
Kuingat bedeng beratap hitam di sebuah film Jerman:
Seorang perempuan tertinggal dalam gerbong
dengan lima patah kata dan lima luka bibir. Pada
close-up tampak ada darah seperti koma yang tertera
di alinea terakhir sebelum burung bangun sebelum
lambat laun jam menaburkan gentar
seperti tempias hujan dari pinus di halaman. Di
saat itu, mungkin kau tahu, doa fade out, jadi salju.
2004
Kuingat bedeng beratap hitam di sebuah film Jerman:
Seorang perempuan tertinggal dalam gerbong
dengan lima patah kata dan lima luka bibir. Pada
close-up tampak ada darah seperti koma yang tertera
di alinea terakhir sebelum burung bangun sebelum
lambat laun jam menaburkan gentar
seperti tempias hujan dari pinus di halaman. Di
saat itu, mungkin kau tahu, doa fade out, jadi salju.
2004
Doa Persembunyian (di Sebuah Greja Rumania)
untuk Ivan dan Evelina
Tuhan yang meresap di ruang kayu
di greja dusun,
di lembah yang kosong itu,
kusisipkan namamu.
Jangan jadikan kerajaanmu.
Bebaskan aku dari sempit yang gelap
seperti surga
yang gemetar ini.
Beri aku
tuah, dari isim yang asing
seperti sepatah kata Ibrani
dari lidah tuan padri.
Beri aku
merah anggur yang tumpah,
sebelum mereka datang
sebelum mereka
melintasi makam peladang
dan menangkapmu
dari jemaah yang tidur
di Getsemani ini.
O Tuhan yang lenyap
dalam ruang kayu
yang hitam, sehitam tembakau
kusembunyikan namamu
kusisihkan laparku
takutku,
pedangku.
Tuhan yang meresap di ruang kayu
di greja dusun,
di lembah yang kosong itu,
kusisipkan namamu.
Jangan jadikan kerajaanmu.
Bebaskan aku dari sempit yang gelap
seperti surga
yang gemetar ini.
Beri aku
tuah, dari isim yang asing
seperti sepatah kata Ibrani
dari lidah tuan padri.
Beri aku
merah anggur yang tumpah,
sebelum mereka datang
sebelum mereka
melintasi makam peladang
dan menangkapmu
dari jemaah yang tidur
di Getsemani ini.
O Tuhan yang lenyap
dalam ruang kayu
yang hitam, sehitam tembakau
kusembunyikan namamu
kusisihkan laparku
takutku,
pedangku.
Di Jazirah Burung Hantu
Di Jazirah Burung Hantu selalu datang
ombak yang saling memperebutkan batas
yang kita
tak pernah tahu.
Merambat, melepas
telapak teluk, baris cadas,
dalam suara sibuk
pasang yang menorehkan bekas.
Tapi kali ini balsam hutan memilih warna jintan
di ceruk selatan pelabuhan.
Pesta tengah Mei
setelah unggas tak pergi lagi.
Sementara kau akan dengar juga teriak mercu
menabrak kabut, menyibak gelap,
menggapai
kapal-kapal lunglai,
layar yang tiarap
di sela-sela grimis keras, grimis kerap,
kepada siapa akanan
berhenti membiru, dalam sore yang jadi sembab.
Paginya teluk akan timpas
dan akan pulang, semua pulang,
pemburu-pemburu udangkarang
ke pantai yang hanya bekas.
Dan kau bertanya adakah lusa akan kaulihat kembali
perbani, bulan yang jalan seperti gadis peniti tali
dalam sebuah sirkus senja
antara pucuk karang dan pohon elma.
Tapi di Jazirah Burung Hantu, sepi
adalah suara takzim
gumam darun-daun hikori: suara mualim
pada peta navigasi.
Dan kau akan datang ke sana, mengikuti arahnya,
seakan ombak, seakan ombak,
biru, kelabu, selalu—
sebelum pergi.
1990
ombak yang saling memperebutkan batas
yang kita
tak pernah tahu.
Merambat, melepas
telapak teluk, baris cadas,
dalam suara sibuk
pasang yang menorehkan bekas.
Tapi kali ini balsam hutan memilih warna jintan
di ceruk selatan pelabuhan.
Pesta tengah Mei
setelah unggas tak pergi lagi.
Sementara kau akan dengar juga teriak mercu
menabrak kabut, menyibak gelap,
menggapai
kapal-kapal lunglai,
layar yang tiarap
di sela-sela grimis keras, grimis kerap,
kepada siapa akanan
berhenti membiru, dalam sore yang jadi sembab.
Paginya teluk akan timpas
dan akan pulang, semua pulang,
pemburu-pemburu udangkarang
ke pantai yang hanya bekas.
Dan kau bertanya adakah lusa akan kaulihat kembali
perbani, bulan yang jalan seperti gadis peniti tali
dalam sebuah sirkus senja
antara pucuk karang dan pohon elma.
Tapi di Jazirah Burung Hantu, sepi
adalah suara takzim
gumam darun-daun hikori: suara mualim
pada peta navigasi.
Dan kau akan datang ke sana, mengikuti arahnya,
seakan ombak, seakan ombak,
biru, kelabu, selalu—
sebelum pergi.
1990
Subscribe to:
Posts (Atom)