Sunday, October 06, 2013

Aku Akan Tugur

Aku akan tugur sepanjang malam
di puri tua itu, Dulcinea.
Menjaga mimpimu,
meski kau tak pernah ada.


Jalan putih, bulan putih,
fajar jauh, aku sendiri
seperti tonggak
sebelum gempa.

Kutulis sajak yang lelah,
mungkin
di pelana dingin
seperti somnabulis terakhir

yang menempuh pasir, sepanjang malam
dari tingkap itu, Dulcinea,
dengan kasut sedih
kata-kata


2007

Ke Arah Balkon

Ke arah balkon itu Don Quixote de La Mancha bertanya,
"Ke manakah jalan ke kastil yang dulu ada dan kini tidak?"

Seorang perempuan menengok ke bawah sebentar.
Rambutnya yang lurus, hitam, membuat bayang pada
langsat pipinya. Matanya kecil, mengingatkannya pada punai
yang terbidik.

"Engkau ketakutan!"

Dan laki-laki yang merasa dirinya gagah itu pun turun dari
kudanya.

Ia berjalan mendekat. Ia melihat, sekilas, tangan Peri
Kesepian
mengangkat tubuh rapuh itu ke dalam sebuah gumpalan
mega,
di mana setiap perempuan akan ditinggalkan.

"Jangan!"

Don Quixote menghunus pedangnya yang retak. Tapi semua
bergerak pelan.


2007

Ia Menangis

Ia menangis untuk lelaki di atas kuda kurus
yang akhirnya sampai pada teluk
di mana fantasi adalah hijau hujan
yang hilang ujung
di laut asing.

Ia menangis,
dan lelaki itu
mendengarnya.

"Aku Don Quixote de La Mancha
majenun yang mencarimu."

Tubuhnya agak tinggi, tapi rapuh dan tua sebenarnya.
Ia berdiri kaku.
Cinta tampak telah menyihirnya
jadi ksatria dengan luka
di lambung.
Tapi ia menanti perempuan itu melambai
dalam interval grimis
sebelum jalan ditutup
dan mereka mengirim polisi, tanda waktu,
kematian.


2007