Monday, May 23, 2011

15 TAHUN LAGI

15 tahun lagi ia tak akan di kamar ini.
Seperti warna biru pada gordin
yang dihisap
matahari

Tapi ia mungkin akan bisa menyisakan
merah meja
dengan bekas nikotin
pada amplop terakhir

jam yang bersembunyi
dari Tuhan
yang tak membuat
ia yakin.

Salahkah ia,
yang tak begitu percaya
pada salam, atau sekedar suara
di atap kamar itu,

kalimat pelan-pelan
yang akhirnya
hanya hujan?
Mungkin hujan?

Apa yang diharapkannya?
Tentu bukan hujan!
Ia hanya tak ingin terpisah
dari nyanyi murung

sebuah lagu Brazil,
pada cello
yang setengah serak
yang terapung-apung, sentimentil,

di luar, pada pucuk pohon
dan gerak awal
sejumlah mendung:
Sem voce, sem voce.

Mungkin ia kangen, sebenarnya,
tapi “aku malu”, katanya, pesimistis
pada telegram
yang mungkin mengetuk

dari luar itu, dari gerimis
yang berkata: 15 tahun lagi
akan ada seseorang
di kamar ini.

2008-9

TAMAN

Pada gerbang batu dan taman tak berpagar
kau menunggu, 5 menit, 7 menit, tinggal, gemetar
mengisi tekateki silang, sampai seseorang datang
dari tikungan yang dingin,

melambai, 'Hai, hai, kau tak akan lama,
tak akan lama di sini!"
Kau pun merunduk. Hanya kau simak kalimat
yang hilang bentuk:'Kenapa, Tuan, lupa?"

Saat itu kaudapatkan kata baru
sepatah. Bukan, bukan 'amnesia'
Tapi kau ingin pergi juga, terburu, takut,
karena tak ada sinonim

untuk selamat tinggal, rupanya,
pada suara burung terbang
dari rumput.
Hanya ada sesuatu yang seperti kotak putih

yang tak akan terisi, seperti ruang
di antara angka arloji: 5 menit, 7 menit...
ketika huruf tumbuh panjang
tajam, seperti sembilu aur hutan.


2004

Thursday, May 19, 2011

poemster - 3

poemster 2

Wednesday, May 18, 2011

poemster