Sunday, July 29, 2012

GM 71 Tahun


Selamat Ulang Tahun Goenawan Mohamad
29 Juli 2012

Saturday, July 28, 2012

Pangrango


Dari Pangrango:
Ilusi hujan

Suara ilalang gemetaran

Burung menginap
pada kawat telegrap

Kereta berseru
Ibu Ibu Ibu

Kau pasti tak di situ,
bukan?

Halte dingin batu

Kau tak di situ


1978

Pagi

Gerimis seperti jarum-
jarum jatuh. Pada seng
dan subuh, seribu gugur
dari sebuah jam yang jauh.

Kelelawar pun menjerit
luka; tertusuk
pada matanya. Aku telah lihat darahnya.

Dan bayang pada lari
meskipun tak ada tempat
sembunyi. Meskipun tak ada
tempat sembunyi.


1976

Thursday, July 19, 2012

saat itu...


musik terbaik...


nasib telah...


Friday, July 13, 2012

9 Edisi Catatan Pinggir (Unofficial Book Cover)



Pada Kamis 21 Juni 2012 di Komunitas Salihara - Jakarta, diluncurkan sembilan jilid sekaligus buku Catatan Pinggir dari Goenawan Mohamad.
Catatan Pinggir adalah nama rubrik di majalah Tempo yang berisi esai pendek yang telah ditulis Goenawan sejak pertengahan tahun 70-an hingga sekarang. Perjalanan esai yang lebih-kurang hampir 40 tahun itulah dijadikan sembilan jilid buku. Kumpulan esai-esai ini sebenarnya sudah pernah diterbitkan secara terpisah, yang dimulai sejak awal 80-an (Catatan Pinggir 1) hingga sekitar 2010 (Catatan Pinggir7), tapi seiring waktu, buku-buku itu sulit untuk didapatkan lagi. Karena itu untuk edisi 8 dan 9, Penerbit PT Tempo Inti Media menerbitkan ulang Catatan Pinggir 1 - 9 sekaligus.

Sembilan buku Catatan Pinggir itu bisa didapatkan di beberapa toko buku.

Catatan: Gambar di atas adalah cover tidak resmi Catatan Pinggir.  Saya hanya mencoba mereka-reka rancangan lain dari buku yang sudah terbit itu.

Friday, July 06, 2012

Di Depan Sancho Panza

Di depan Sancho Panza yang lelah,
seorang perempuan bercerita tentang sajak
yang disisipkan ke dalam hujan
yang tak tidur.

Tentu saja Sancho tak mengerti
bagaimana sajak disisipkan
ke dalam hujan, tapi ia mengerti
cinta yang sungguh. Dipegangnya tangan
perempuan itu dan berkata, ”Jangan cemas.”

Memang sebenarnya perempuan itu cemas:
Seseorang mencintainya dan ia tak tahu
untuk apa. Ia tak tahu kenapa sajak-sajak tetap terbuang
dan laki-laki itu tetap menuliskannya, sementara hujan
hanya datang kadang-kadang. Malah guruh lebih sering,
seperti brisik kereta langit yang menenggelamkan
antusiasme yang tak lazim. Atau logat yang asing.
Atau angan-angan yang memabukkan.

”Semua ini jadi lucu,” kata perempuan itu.
Dan Sancho pun sedih. Sebab ia pernah melihat seorang kurus,
tua dan majenun, yang memungut sajak yang lumat
dalam hujan, yang percaya telah mendengar sedu-sedan
dan cinta dari cuaca, meskipun yang ia dengar
adalah sesuatu yang panjang dan sabar
seperti gerimis.

2009

Wednesday, July 04, 2012

quote poster 2


quote poster