*
Akhirnya mereka temukan kotak hitam itu
70 meter di timur kawah.
Akhirnya aku dengar suaramu.
*
Seseorang memanggilmu seperti mendesak
dan kau menyahut, dari dalam kokpit,
agak gemetar, ‘Abu itu
membentuk langit.’
*
Dan kau coba untuk tak berdoa.
*
Hanya ada sebuah rekuiem
dari CD. Belum selesai:
‘Lacrimosa dies illa…’
Beri hari
airmata
yang akan hilang,
seperti luka.
Lalu dentuman.
Lalu guncangan
Logam-logam retak.
Tak ada yang berteriak.
*
Perjalanan, Wresti, selalu melintasi
detik yang putus
di tiap pelabuhan.
Tapi tak seorang pun
yang percaya.
Mungkin cerita
memang tak bisa berhenti.
*
Lima pekan setelah itu
regu SAR menemukanmu
di antara sebelas jasad
yang mengering hitam
seperti coretan tinta cina
pada paranada.
Aku bayangkan sebuah orkes
memainkannya:
not-not yang tersandar
di lahar dingin,
di sebuah ruang
di mana Ajal berdiri,
dan kau berdiri,
dan kur menyeru
ke arah awan tua
yang melintas
yang tak berisi
apa-apa.
‘Lacrimosa dies illa…’
*
Biarkan hari
memilih abu
dan airmata
yang akan tak ada.
2011