Tentang
Usinara
Usinara, yang menyerahkan jangat dan
darahnya untuk menyelamatkan seekor punai yang terancam kematian, tahu
dewa-dewa tak pernah siap. Mereka makin tua.
Langit menggantungkan dacin pada tiang lapuk Neraka sejak cinta dibunuh.
Timbangan terlambat. Telah tujuh zaman asap & api penyiksaan mengaburkan
mata siapa saja.
Di manakah batas belas, Baginda? "Mungkin tak ada", jawab
Usinara. Ia hanya menahan perih di rusuknya ketika tujuh burung nasar
sibuk di kamar itu, (tujuh, bukan satu ), merenggutkan dagingnya, selapis demi selapis.
Sering aku bayangkan raja yang baik
hati itu tergeletak di lantai, memandang ke luar pintu, melihat debu sore dan
daun-daun yang pelan-pelan berubah ungu.
Ia ingin punai itu segera lepas. "Ayo, terbang. Aku telah menebus
nyawamu", ia ingin berkata. Tapi
suaranya tak terdengar.
Sementara itu, di sudut, si punai
menangis: "Tak ada dewa yang datang
dan mengubah adegan ini jadi dongeng!". Usinara hanya menutup
matanya. Ia tahu kahyangan adalah cerita
yang belum jadi.
2012
Tentang Maut
Di
ujung bait itu mulai tampak sebuah titik
yang
kemudian runtuh, 5 menit setelah itu.
Di
ujung ruang itu mulai tampak sederet jari
yang
ingin memungutnya kembali.
Tapi
mungkin
itu
tak akan pernah terjadi.
Ini
jam yang amat biasa: Maut memarkir keretanya di ujung gang dan berjalan tak
menentu.
Langkahnya
tak seperti yang kau bayangkan: tak ada gempa, tak ada hujan asam, tak ada
parit
yang
meluap.
Hanya
sebuah sajak, seperti kabel yang putus.
Atau
hampir putus.
2012
Di Antara Kanal
Jarimu
menandai sebuah percakapan
yang
tak hendak kita rekam
di
hitam sotong dan gelas sauvignon blanc
yang
akan ditinggalkan.
Di
kiri kita kanal menyusup
dari
laut. Di jalan para kelasi
malam
seakan-akan biru.
"Meskipun
esok lazuardi", katamu.
Aku
dengar. Kita kenal
kegaduhan
di aspal ini.
Kita
tahu banyak hal.
Kita
tahu apa yang sebentar.
Seseorang
pernah mengatakan
kita
telah disandingkan
sejak
penghuni pertama ghetto Yahudi
membangun
kedai.
Tapi
kau tahu aku akan melepasmu di sudut itu,
tiap
malam selesai, dan aku tahu kau akan pergi.
“Kota
ini," katamu. "adalah jam
yang
digantikan matahari.”
2012
Tentang Chopin
Kembali ke nokturno,
katamu. Aku inginkan Chopin.
Seperempat jam
kemudian, tuts hitam pada piano itu menganga.
Malam telah melukai mereka.
Mungkin itu sebabnya kau selalu merasa bersalah,
seakan-akan sedih adalah bagian dari ketidak-tahuan. Atau kecengengan. Tapi setiap malam, ada
jalan batu dan lampu sebuah kota yang tak diingat lagi, dan kau, yang mencoba
mengenangnya dari cinta yang pendek, yang terburu, akan gagal. Di mana kota itu? Siapa yang meletakkan tubuh itu di sisi
tubuhmu?
Semua
yang kembali
hanya
menemuimu
pada
mimpi yang tersisa
di
ruas kamar...
Coba
dengar, katamu lagi,
apa
yang datang dalam No. 20 ini?
Di
piano itu seseorang memandang ke luar
dan
mencoba menjawab:
Mungkin
hujan. Hanya hujan.
Tapi tak ada hujan dalam C-Sharp Minor, katamu.
2012
Aktor
-- untuk Moh. Sunjaya
Aktor terakhir menutup pintu.
"Caesar, aku pulang."
Dan ruang-rias kosong. Cermin jadi
dingin
seperti wajah tua yang
ditinggalkan.
Siapapun pulang. Meski pada jas
dengan punggung yang berlobang
ia masih rasakan ujung pisau itu
menikam dan akordeon bernyanyi
pada saat kematian. Ia masih ingat
kalimat di adegan ke-4,
tentu saja. Tapi ia tak ingin
mengulanginya.
"Teater," sutradara selalu bergumam,
"hanya kehidupan dua
malam."
"Tapi tetap kehidupan", ia
ingin menjawab.
Ia selalu merasa bisa menjawab.
Ia menyukai suaranya sendiri
dan beberapa kata-kata.
Tapi pada tiap reruntukan panggung
ia lupa kata-kata.
Pada tiap reruntukan panggung
ia hanya ingin tiga detik -- tiga
detik yang yakin:
dalam lorong Kapai-Kapai, Abu tak
berhenti
hanya karena cahaya tak ada lagi.
Ia tak menyukai melankoli.
2012
Rite
of Spring
Tari itu melintas pada cermin:
bagian terakhir Ritus Musim.
Gerak gaun -- paras putih --
tapak kaki yang melepas lantai...
23 tahun kemudian di kaca ia temukan
wajahnya. Sendiri. Terpisah dari
ruang.
Lekang, seperti warna waktu
pada kertas koreografi.
Tapi ia masih ingin meliukkan
tangannya.
"Aku tak seperti dulu,"
katanya,
"tapi di fragmen ini kau
memerlukan aku.
Aku -- hantu salju."
Suaranya pelan. Seperti derak tulang
ketika di ruang latihan itu
tak ada lagi adegan.
Hanya nafas. Mungkin ia masih di
situ.
2012
Yang
Tak Menarik Dari Mati
Yang tak menarik dari mati
adalah kebisuan sungai
ketika aku
menemuinya.
Yang menghibur dari mati
adalah sejuk batu-batu,
patahan-patahan kayu
pada arus itu.
2012