-- in memoriam Aylan Kurdi
(2012-2015)
Tentu saja di
pulau itu orang-orang Kos tak mendengar
derak kapal patah
ketika anak-anak di palka bernyanyi,
"lihatlah kerudung kami,
Kerudung kami."
*
Pada jam sarapan mualim berkata,
Ada tembolok camar yang pecah
di kiri buritan.
Hiu yang menari
sepanjang pasang
menantikan mimpi
di atas buih
*
Dari kamar mesin,
besi dan hitam berdesakan.
*
Aku mencari sinyal
di tepi Djibouti.
Dalam tugur
dinihari.
Diagram telepon genggam
Mungkin isyarat
di seberang, mungkin di seberang,
laut mendekat.
Tapi
menjelang siang,
di cuaca bisu,
sinyal meracau
dan gerbang tenggelam.
mungkin tenggelam.
Mereka katakan Laut Merah
terbelah
dan Musa lewat
dalam pawai.
Tapi tidak dari sini,
tidak dari sini
di tepi Djibouti.
*
Kata yang sulit adalah "palestina". Kadang-kadang eksodus
membentuknya. Kadang-kadang Tuhan,
kadang-kadang firaun, kadang-kadang gurun.
Sesekali teka teki.
Syahdan semua
yang tak menemukan rumah
akan juga sampai.
Semua yang diungsikan
akan berhenti. Yang berjalan, dengan paspor tua
mungkin tiba.
Dan kata yang hilang adalah
"palestina".
*
Dalam dongeng diceritakan bahwa
yang pertama meninggalkan ladang
adalah anak dan ingatan.
Di hari penghabisan
tersisa peta di perapian.
Sebelum kita dengar,"selamat
tinggal."
*
Pada jam mati yang kering
akhirnya mereka temukan waktu.
Tapi di pagar jalan ke arah Aegea
mereka tak lagi temukan nama-nama.
*
Tuhan sebenarnya ingin sederhana.
Sebelum perang.
2015
Pada Suatu Hari Dalam Hidup Sugas
Tiap jam 8:00
pagi, setelah cahaya dihidupkan lagi di seluruh mall “Trocadero”, setelah
ia selesai menderetkan lima manekin di
tangga masuk lobi, setelah para pertugas sekuriti dan perempuan-perempuan rias bersiap di ruang parfum, untuk
berkata serempak “selamat-pagi” ketika manajer
penjualan muncul dari lantai lima, setelah AC sejuk dan jingel mulai -- Sugas akan kembali ke tugasnya
sehari-hari: merapikan syal dan blouse
dan gaun dan topi di tubuh maneken
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, dan menggosok dengan kain flanel
permukaan wajah mereka, atau jari-jari mereka, atau tungkai kaki mereka, sampai
berkilau.
“Kau
harus paling ramah hari ini, Isti”, biasanya ia berbisik.
Sudah sejak tiga bulan lalu, sejak ia
dipindahkan ke bagian dekorasi, khusus untuk menyiapkan etalase di lobi
besar, ia memberi nama Isti kepada tiap
manekin yang dibersihkannya di tangga masuk.
“Kau tidak boleh terlalu anu”.
Ia kadang-kadang mengubah apa yang
dikatakannya.
Ia tidak menyangka bahwa pada
akhir bulan ketiga, ia merasa mendengar
Isti, salah seorang Isti, menjawab.
Ia tidak percaya
manekin bisa berbicara, juga di toko-toko pakaian yang sepi. Ia hanya tahu di tanggal tua seperti hari
itu, di lorong-lorong mall di antara etalase-etalase besar itu,
ia sering ketakutan.
2015
Tentang Seorang Orang Tua
Aku bermimpi menemukan kembali anak
itu: gadis kecil yang pernah aku angkat ke pundak agar rambutnya yang tebal
menyentuh sulur beringin. Aku bermimpi ia memelukku. Lalu pergi.
Dan kau menangis?
Aku coba tidak.
Kota-kota sejak dulu meletihkan.
Berapa umurmu sekarang?
78. Mungkin. Yang aku hitung hanya
panjang kuku kakiku tiap kali.
Di lekuk sungai itu ikan-ikan
terkadang memepetkan sisiknya ke dahan asam yang patah dan jatuh ke dalam air.
Ikan-ikan yang iseng, kata seorang pengail. Kakek itu mengangguk dan memukulkan telapak tangannya
ke paha.
Ia tahu ia tidak bisa lagi
menggosok-gosokkan otot pungungnya ke gigir tebing.
Kau terlalu lama hidup.
Mungkin.
Umur membuatmu sendirian.
Agaknya.
2015