Tuesday, January 13, 2009

Expatriate

Akulah Adam dengan mulut yang sepi
Putra Surgawi
yang damai, terlalu damai
ketika bumi padaku melambai

Detik-detik bening
memutih tengah malam
ketika lembar-lembar asing
terlepas dari buku harian

Dan esoknya terbukalah gapura:
pagi tumbuh dalam kabut yang itu juga
dan aku pergi
dengan senyum usia yang sunyi

Langkah akan bergegas antara phonan lengang
Bersama baying-bayang unggas, bersama awan
Sementara arus hari
Menyusup-nyusup indra ini

(Adakah yang lebih tak pasti
selain tanah-kelahiran
yang ditinggalkan pergi
anak tersayang)

1962