Léo Ferré menafsir-nyanyikan salah
satu sajak Rimbaud yang terkenal, 'Les Poets de Sept Ans' (Para Penyair
Berumur Tujuh Tahun) -- satu cara mempertemukan musik dan puisi ('musikalisasi
puisi') yang membariskan kata-kata ke depan, sementara yang musikal mengiringi,
atau mengantar, yang verbal, ibarat penabuh genderang dan nafiri.
Ferré (1916-1993) sendiri seorang
penyair. Ia bahkan pernah menulis novel, meskipun ia sejak awal terpaut pada
musik, mencintai karya Ravel dan dan akhirnya dikenal sebagai penggubah
lagu dan penyanyi. Salah satu lagi gubahannya yang terkenal, 'Avec Le
Temps' (Bersama Waktu), menunjukkan ia melanjutkan corak melodi chanson Prancis
yang kelihatan pada lagu-lagu sejak Edith Piaf, J. Berl sampai dengan Francoise
Hardy: liris, dengan emosi yang tak ditahan, antara melankoli dan
gairah. Saya pernah melihat dalam YouTube Jane Birkin menyanyikan itu:
matanya basah.
Ferré, seorang Anarkis, juga
menggubah musik untuk puisi Baudelaire, penyair yang 'dikutuk' itu, dan puisi
Aragon, penyair surrealis yang kemudian jadi tokoh sastra Partai Komunis.
Sajak Rimbaud ini (ditulis 26
Mei 1871) pertautan yang memukau antara baris-baris naratif dan imajistis:
anak-anak adalah penyair, dan penyair adalah anak-anak, yang diam-diam
memberontak kekangan Sang Ibu. Sang pengawas tak tahu bahwa si anak
mencemooh, bahkan menampik, apa yang dikehendakinya. Bocah itu
membangkang dengan dusta: ia pura-pura patuh, tapi tiap kali Sang Ibu
meninggalkannya, ia akan menjulurkan lidah mengejek. Di kamarnya, ia pun
menulis novel-novel tentang 'Hutan, mentari, sungai, savana!' -- 'kehidupan
padang pasir, di mana Kemerdekaan diasingkan.'
Yang paling ingin dihindarinya
adalah 'hari-hari Minggu bulan Desember', ketika ia harus duduk di depan meja
besar dan membaca Alkitab. Di malam hari mimpi akan menekannya. 'Ia tak
mencintai Tuhan,', tulis Rimbaud tentang anak itu, 'melainkan orang-orang
berbaju kerja warna gelap/ yang berjalan kembali ke tepi kota/ ketika senja
menguning-jingga.'
Suara Ferré berat tapi terang. Di
akhir nyanyiannya (atau pembacaannya?), ia ledakkan kata-kata Rimbaud: si anak,
sendirian terbaring di secarik kain kanvas kasar, merasakan dengan sangat akan
datang layar kapal. Sebuah alusi tentang perjalanan yang jauh. Imajinasi
selalu akan membebaskan diri.
Juli 2011
Goenawan Mohamad