Wednesday, May 02, 2012

Sebuah Sajak Rimbaud, Sebuah Lagu Ferre


Léo Ferré menafsir-nyanyikan salah satu sajak Rimbaud yang terkenal, 'Les Poets de Sept Ans' (Para Penyair Berumur Tujuh Tahun) -- satu cara mempertemukan musik dan puisi ('musikalisasi puisi') yang membariskan kata-kata ke depan, sementara yang musikal mengiringi, atau mengantar, yang verbal, ibarat penabuh genderang dan nafiri.

Ferré (1916-1993) sendiri seorang penyair. Ia bahkan pernah menulis novel, meskipun ia sejak awal terpaut pada musik, mencintai karya Ravel dan  dan akhirnya dikenal sebagai penggubah lagu dan penyanyi.  Salah satu lagi gubahannya yang terkenal, 'Avec Le Temps' (Bersama Waktu), menunjukkan ia melanjutkan corak melodi chanson Prancis yang kelihatan pada lagu-lagu sejak Edith Piaf, J. Berl sampai dengan Francoise Hardy:  liris, dengan emosi yang tak ditahan, antara melankoli dan gairah.  Saya pernah melihat dalam YouTube Jane Birkin menyanyikan itu: matanya basah. 

Ferré, seorang Anarkis, juga menggubah musik untuk puisi Baudelaire, penyair yang 'dikutuk' itu, dan puisi Aragon, penyair surrealis yang kemudian jadi tokoh sastra Partai Komunis.

Sajak Rimbaud ini  (ditulis 26 Mei 1871) pertautan yang memukau antara baris-baris naratif dan imajistis: anak-anak adalah penyair, dan penyair adalah anak-anak, yang diam-diam memberontak kekangan Sang Ibu. Sang pengawas tak tahu bahwa si anak mencemooh,  bahkan menampik, apa yang dikehendakinya. Bocah itu membangkang dengan dusta: ia pura-pura patuh, tapi tiap kali Sang Ibu meninggalkannya, ia akan menjulurkan lidah mengejek. Di kamarnya, ia pun menulis novel-novel tentang 'Hutan, mentari, sungai, savana!' -- 'kehidupan padang pasir, di mana Kemerdekaan diasingkan.'  

Yang paling ingin dihindarinya adalah 'hari-hari Minggu bulan Desember', ketika ia harus duduk di depan meja besar dan membaca Alkitab.  Di malam hari mimpi akan menekannya. 'Ia tak mencintai Tuhan,', tulis Rimbaud tentang anak itu, 'melainkan orang-orang berbaju kerja warna gelap/ yang berjalan kembali ke tepi kota/ ketika senja menguning-jingga.'

Suara Ferré berat tapi terang. Di akhir nyanyiannya (atau pembacaannya?), ia ledakkan kata-kata Rimbaud: si anak, sendirian terbaring di secarik kain kanvas kasar, merasakan dengan sangat akan datang layar kapal. Sebuah alusi tentang perjalanan yang jauh.  Imajinasi selalu akan membebaskan diri.


Juli 2011
Goenawan Mohamad