Friday, June 15, 2012

Teleskop

Ia memandangimu dari jauh: sebuah teleskop tua, yang tak akan kelihatan,
seseorang yang sedikit sok-tahu tapi maklum: pejalan cahaya yang sebenarnya takut menyentuhmu.

Itu sebabnya, nak, pada sebuah sore, ia bertekad pergi ke pohon tumbang itu, tempat kau pada suatu hari duduk. Tak ada jejak di sana. Mungkin tubuhmu selamanya tak menginjak bumi: seperti capung dengan mata yang tak tampak dan sayap yang bergetar berulang kali.

Ia tahu tanganmu menanting jam. Berkeringat. Tapi ia tak akan berani menghambur ke depan menawarkan akhir yang lain. Ia hanya akan kembali memandangimu dari jarak yang tak tentu. Merasa makin tua, merasa makin jauh, dalam ruang yang memuai, meskipun ia tetap sisipkan teleskop itu

di saku jaketnya. Sebenarnya sejak tahun itu, sejak ia melihatmu terdiam di depan pintu itu, ia sudah ingin berkata: Lihat, aku tak menguntitmu. Tapi ia tak pernah yakin kepada siapa ia berkata. Ia cuma yakin suaranya tak mengejutkan. Hanya jam itu, di tanganmu, yang selamanya mengejutkan.

2009